Indonesia dan Rusia Resmi Jalin Kerja Sama Nuklir 2025, Fokus pada Energi dan Teknologi Medis

Indonesia menandatangani kesepakatan strategis dengan Rusia dalam bidang energi nuklir pada 2025. Kerja sama ini mencakup pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), riset teknologi medis, serta pelatihan SDM. Langkah ini menjadi sorotan dalam lanskap energi global dan kebijakan energi bersih nasional.

INDONESIA

6/22/20252 min read

Jakarta – Indonesia dan Rusia resmi menandatangani kerja sama strategis di bidang pengembangan energi nuklir pada pertengahan Juni 2025. Penandatanganan dilakukan di Moskow antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mewakili Indonesia dan perusahaan nuklir milik negara Rusia, Rosatom. Kesepakatan tersebut mencakup sejumlah bidang prioritas mulai dari energi hingga teknologi medis berbasis radiasi.

Kerja sama ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia dalam mempercepat transisi menuju energi bersih sekaligus penguatan kapasitas teknologi nasional. Pemerintah menyatakan bahwa program ini sepenuhnya bersifat damai dan akan berada di bawah pengawasan ketat Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Salah satu poin utama dalam perjanjian ini adalah dukungan Rusia terhadap pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Beberapa wilayah telah masuk dalam studi awal sebagai lokasi potensial PLTN, termasuk Kalimantan Timur, Bangka Belitung, dan Sulawesi Utara. Rusia akan memberikan dukungan dalam bentuk studi kelayakan teknis, pendanaan, serta penyediaan teknologi reaktor terbaru yang diklaim lebih efisien dan aman.

Selain sektor energi, kerja sama juga mencakup bidang kesehatan. Teknologi radioisotop yang dikembangkan Rosatom akan dimanfaatkan untuk pengobatan kanker dan sterilisasi peralatan medis. Indonesia menargetkan peningkatan kapasitas rumah sakit rujukan nasional agar mampu mengakses teknologi ini secara luas dalam dua tahun ke depan.

Dalam pernyataan resminya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia mengatakan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah konkret menuju visi net zero emission tahun 2060. Ia menegaskan bahwa energi nuklir harus mulai dipertimbangkan secara serius sebagai bagian dari bauran energi nasional, terutama untuk menjawab tantangan kebutuhan listrik yang terus meningkat.

Rusia melalui Rosatom menyatakan komitmennya untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi kepada tenaga ahli Indonesia. Sejumlah insinyur dan peneliti akan mendapatkan pelatihan langsung di Rusia selama periode 2025–2028. Rosatom juga menyampaikan dukungan dalam membangun pusat riset nuklir terpadu di Indonesia, yang direncanakan mulai beroperasi pada akhir 2027.

Di tengah kerja sama yang diumumkan, sejumlah organisasi lingkungan menyerukan pentingnya keterbukaan informasi kepada publik. Pemerintah diminta memastikan bahwa semua proses berjalan sesuai prinsip kehati-hatian dan mengedepankan keselamatan masyarakat. Pemerintah menanggapi hal tersebut dengan menjanjikan konsultasi publik terbuka sebelum pembangunan infrastruktur dimulai.

Kementerian Luar Negeri Indonesia menyebut kerja sama ini sebagai bagian dari kebijakan luar negeri aktif Indonesia dalam menjalin kemitraan teknologi dengan negara-negara utama. Sementara itu, IAEA menyatakan dukungannya terhadap kolaborasi tersebut selama Indonesia tetap mematuhi ketentuan non-proliferasi nuklir.

Kesepakatan kerja sama ini menjadi tonggak baru dalam arah kebijakan energi nasional, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara berkembang yang terbuka terhadap inovasi teknologi tinggi. Pemerintah menyebut kolaborasi ini sebagai upaya jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan ketahanan energi dalam negeri.